Andina Words
Menuangkan pikiran dan mencoba berbagi informasi dan pengalaman
Selasa, 15 Juni 2010
Sejarah Kebudayaan Suku Ende di Flores
Pada dasarnya, bentuk kebudayaan kedua suku ini hampir sama. Yang membedakannya adalah hasil pencampuran kebudayaan atau akulturasi. Budaya suku Lio merupakan perpaduan antara budaya asli daerah Lio dengan ajaran Kristen Katholik yang di bawa oleh bangsa Belanda. Sedangkan budaya suku Ende merupakan perpaduan budaya asli daerah Ende dengan ajaran Islam yang dibawa oleh pedagang-pedagang dari sulawesi yakni Makasar.
Seperti yang diketahui, budaya Ende merupakan perpaduan antara budaya asli daerah Ende dengan ajaran Islam yang dibawa oleh pedagang-pedagang dari sulawesi yakni Makasar. Sebab akibat masuknya ajaran Islam yang dibawa oleh kaum pedagang dari Makasar adalah lokasi bermukim suku Ende yang terletak di daerah pesisir. Mengingat jalur penghubung menuju daerah luar pada saat itu hanya melalui transportasi air, maka hal itu juga menghubungkan jalur perdagangan, ditambah dengan sikap masyarakat suku Ende yang terbuka pada hal-hal baru dengan sendirinya para pedagang tersebut merasa kedatangannya diterima.
Pada saat kapal niaga yang mengangkut para pedagang makasar tersebut datang, mereka disambut baik dan ramah oleh masyarakat setempat. Merasa kedatangan mereka diterima, sebagian dari pedagang tersebut bahkan ingin menetap di daerah Ende dan menikah dengan orang-orang dari masyarakat suku asli Ende. Berhubung para pedagang yang berasal dari Makasar tersebut telah terlebih dahulu memeluk Islam maka mereka juga menyebarkan ajaran Islam pada Masyarakat suku Ende yang waktu itu masih memeluk ajaran nenek moyang (animisme). Contoh perpaduan budaya asli Ende dengan budaya dari Makasar yakni pakaian adat wanita yaitu Rambu (baju) yang hampir memiliki kesamaan bentuk dengan atasan baju Bodo (baju adat wanita dari sulawesi selatan).
Tradisi Pernikahan Ende Flores
Masyarakat suku Ende mempunyai tata cara dalam menjalankan trasdisi yang menjadi adat istiadat mereka. Walaupun masyarakat suku Ende yang sekarang ini jauh lebih moderen, namun kita masih bisa melihat kentalnya tradisi adat dalam kehidupan sehari-hari yakni pada saat pernikahan. Terdapat beberapa tahapan dalam tradisi pernikahan adapt suku Ende, yakni sbb:
Ø Nai onno
Adalah acara lamaran yang dilakukan oleh pria bersama salah satu anggota keluarganya dengan membawa seserahan berupa makanan atau kue dan kain tenun (Rawo) kepada Wanita di rumah orang tua wanita tersebut.
Ø Mbuku Pelulu
Adalah acara mempertemukan kedua keluarga dari pihak pria maupun wanita untuk membahas dana pernikahan, upeti atau seserahan dan hari baik. (Mbuku pelulu dilakukan apabila Nai Onno diterima).
Ø Mendi Blanja
Adalah acara antaran Uang sebagai bekal pernikahan dan seserahan atau upeti seperti kain tenun, emas, dan hewan ternak oleh pihak pria dan keluarga besarnya ke rumah wanita.
Ø Isi Kumba Ae Nio
Tahap ini dilakukan oleh pihak wanita. Isi kumba ae nio adalah acara siraman yang dilakukan oleh wanita oleh pamanya baik dari pihak ayah maupun ibu. Dengan membawa sejumlah uang dan seserahan seperti kain tenun, emas, dan hewan ternak kepada calon pengantin wanita sebagai bekal berumah tangga.
Ø Nikka
Jika semua tahapan sebelumnya telah dilakukan , maka pernikahan bisa segera dilaksanakan. Karena hampir sebagian besar masyarakat suku Ende memeluk agama Islam maka pernikahan dilaksanakan sesuai ajaran Islam yakni Akad Nikah dan pesta persepsi sebagai pelengkapnya.